Imelda Wiguna- Apriyani Rahayu Menanggung Beban Berat

Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti tersingkir cepat di Olimpiade Paris 2024. Legenda hidup bulutangkis Imelda Wiguna menyoroti beban berat yang ditanggung Apri.

Apri/Fadia menutup kiprahnya di multievent paling bergengsi sejagat raya tahun ini dengan menelan tiga kekalahan dalam fase Grup A.

Apri/Fadia kalah dari ganda putri Jepang Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara 22-24, 15-21, kemudian kalah dari Chen Wing Chen/Jia Yi Fan (China) 12-21, 22-24, dan kembali kalah dari Pearly Tan/Thinaah Muralitharan 18-21, 9-21.

Baca juga: Evaluasi Olimpiade dari Pengamat: Beban Berat Bulutangkis Kejar Emas

Padahal dari segi persiapan mendekati Olimpiade, Apriyani Rahayu maupun Fadia dinilai sudah cukup. Tapi yang terjadi saat pertandingan justru kebalikannya. Mereka tak pernah menang sama sekali dalam tiga laga pertandingan babak penyisihan.

Hasil itu pula yang membuat laju keduanya langsung terhenti di Olimpiade Paris 2024.

“Jauh-jauh hari itu saya melihat sebetulnya masalahnya ada di pemikiran dia ya. Apa yang di dalam pikiran Apri. Ini menurut saya,” kata Imelda kepada detikSport.

“Karena begini, Apri tahun 2021 itu dia juara di Olimpiade. Dia bermain luar biasa, kuat banget kan. Tapi partnernya kan senior yang mengayomi Apri. Artinya, Greysia (Polii) yang mengatur semuanya, yang menggendong, yang membimbing, hari-hari Greysia ini peduli lah dengan Apriyani ini.”

“Kemudian beralih Greysia resign jadi Apri ganti partner yang lebih muda. Peranananya jadi terbalik, Apri yang harus mengayomi Siti Fadia, dan itu enggak gampang karena saya pernah mengalami juga. Itu perlu penyesuaian,” lanjutnya.

“Tapi keduanya ini sama-sama bagus. Siti Fadia saat ber-partner dengan Ribka (Sugiarto) kan juga bagus. Begitu Fadia di-partnerkan dengan Apri awal-awal juga bagus. Saya juga berpikirnya, ‘Wah bagus banget ini, ada harapan, kan dari Jaya Raya juga toh.’

“Jadi kami berharap Apri meskipun dipasangkan dengan Fadia itu masih bisa lah. Ternyata bisa. Kalau bisa juara di SEA Games, artinya penampilannya bagus berarti sudah bisa.”

Baca juga: 4 Wakil RI Kandas di Fase Grup Olimpiade 2024, Ini Evaluasi PBSI

Nah, sampai tiba mendekati Olimpiade ini lah, kata Imelda, beban yang ditanggung Apriyani Rahayu menjadi kian besar. Ekspektasi masyarakat ketika Apriyani/Fadia saat lolos Olimpiade Paris membentuk harapan bahwa keduanya dapat meneruskan prestasi sebelumnya.

“Memang mendekati Olimpiade itu masyarakat atau PBSI, siapapun juga, seolah-olah mengharapkan Apri karena kemarin baru juara Olimpiade. Kemungkinan saya tebaknya begitu, jadi kayak terbeban,” kata Ketua Harian PB Jaya Raya tersebut.

“Dia itu kan juara Olimpiade di Tokyo momennya sangat pas sehingga penghargaan kepada Apri dan Greysia luar biasa. Artinya bonus apa segala macam luar biasa itu. Begitu dipuji, dibuatkan iklan dan lain-lainnya. Dia juga merasa suka oke dan senang nih.”

“Tiba-tiba ada tuntutan yang meskipun ada ditulis tapi ada juga yang tidak ditulis tetapi menurut saya dia punya (beban) dan pastinya tidak semua orang bisa mengatasi.”

“Apalagi dia harus menggendong Fadia. Jadi menurut saya ada kekhawatiran penghargaan dari masyarakat terhadap dia akan hilang kalau dia gagal,” lanjutnya.

Baca juga: Penyesalan Jonatan Christie

Kondisi itulah yang membuat permainan Apri/Fadia saat di lapangan menjadi tidak lepas seperti laga-laga sebelumnya.

“Kan kita kalau atlet itu ngomongnya begini, kalau kita akan mengundurkan diri adalah di saat kita juara. Namanya tetap berkibar. Tapi kalau menurut saya, apa ada yang sependapat dengan saya atau tidak, saya berpikir lebih banyak ada beban berat, ini di luar cedera dan lain-lainnya. Jadi permainannya tak keluar di lapangan,” kata Imelda.

(mcy/aff)

Related Posts

Hak Cipta © 2024 Azcapro. Semua Hak Dilindungi Undang-Undang.