Fakta Menarik Mengapa Aplikasi YouTube Gaming Gagal dan Kini Hilang

Saat ini menonton video di internet baik melalui smartphone maupun komputer/laptop sudah menjadi hal yang begitu digandrungi. Bahkan beberapa orang mungkin kegiatan yang biasa kita sebut dengan streaming ini sudah menjadi kebutuhan karena banyak influencer yang diikuti. Kontennya juga begitu banyak, mulai dari sekedar vlog, musik, web series hingga video game. Tentunya YouTube menjadi platform mainstream yang digunakan banyak pengguna smartphone maupun komputer/laptop untuk menonton video di internet.

Berbicara tentang YouTube, apakah kamu masih ingat bahwa platform besutan Google ini pernah merilis sebuah platform untuk live streaming video game seperti Twitch atau beberapa layanan lokal lainnya. Sayangnya layanan gaming live streaming bernama Gaming YouTube ini tidak bertahan lama, kurang lebih 3 tahun sempat berjalan akhirnya YouTube memutuskan untuk menutupnya pada 2018 silam. Namun berakhirnya layanan Gaming YouTube tersebut tidak berakhir dengan dihilangkannya layanan tersebut, melainkan di merger dengan layanan YouTube utamanya.

Lalu apakah layanan Gaming YouTube ini gagal ? hingga berakhir dengan hilangnya layanan tersebut di eksistensi layanan live stream video game populer saat ini. Nah, kali ini kita akan membahas beberapa fakta dibalik kegagalan Gaming YouTube hingga berakhir dengan hilangnya layanan tersebut. Simak selengkapnya dibawah ini.

Sejarah singkat …

Seperti yang kita tahu pada tahun 2015 lalu, pertumbuhan platform untuk menikmati live stream video game begitu pesat. Mulai dari Twitch yang populer secara global disusul dengan beberapa layanan live stream video game lokal yang mulai muncul, sebut saja NimoTv, CubeTv, Gamely hingga Facebook yang juga merambah ke layanan live stream video game. Tentu saja YouTube tak mau kalah start memanfaatkan momentum tersebut pada tahun 2015 silam. Meluncurkan sebuah aplikasi standalone bernama Gaming YouTube, layanan ini secara terpisah ditujukan untuk penggunanya yang senang melihat video live stream tentang video game. Sekilas tampilannya pun tidak terlalu berbeda dengan layanan utama YouTube, hanya saja atmosfer lebih gelap dengan tema dark-nya lebih melekat pada Gaming YouTube. Bisa diakses melalui aplikasi smartphone maupun browser di komputer/laptop pengguna tinggal memilih game apa yang akan ditonton kemudian daftar live stream akan muncul. Bisa dibilang fitur ini masih sama dengan layanan serupa yang ditawarkan platform lainnya.

Lantas, apakah Gaming YouTube sukses berlaga dengan kompetitor lainnya ? Dilansir dari Engadget, menurut laporan analitik Newzoo pada tahun 2018 secara statistik Twitch berhasil merangkul 64.000 user dengan jumlah konten yang ditonton sekitar 1,9 juta jam. Sementara Gaming YouTube hanya memperoleh 22.000 user dengan jumlah konten yang ditonton hanya sekitar 460.000 jam.

Meskipun 3 tahun terhitung waktu yang tidak begitu sebentar, faktanya YouTube memutuskan untuk menghentikan layanan Gaming-nya dengan langkah merger dengan aplikasi utamanya tepatnya pada bulan September 2018.

Momentum yang pas namun tidak tepat sasaran

Itulah pernyataan yang tepat untuk Gaming YouTube. Sebenarnya mereka berhasil memanfaatkan momentum yang tepat, sayangnya tidak tepat sasaran. Seperti yang kita ketahui, orang lebih kenal YouTube sebagai platform untuk menonton berbagai macam video, mulai dari sekedar tutorial make up, music video hingga video game sekalipun. Dari situlah penggunanya sudah terbiasa menggunakan aplikasi utama YouTube untuk menonton. Entah apa yang dilakukan YouTube dengan meluncurkan aplikasi terpisah Gaming YouTube, hal tersebut harus merubah kebiasaan yang sudah melekat pada penggunanya. Sederhananya dengan aplikasi utama YouTube saja bisa menonton video berupa video game sekalipun bahkan live streaming kenapa harus ada Gaming YouTube ?

Kurangnya creator berakhir dengan kekalahan

Tahta Twitch sebagai platform live stream video game sepertinya masih sulit untuk diruntuhkan, bahkan raksasa seperti YouTube sekalipun belum bisa menggeser di sektor video game. Bukan hanya itu saja, munculnya platform serupa khususnya di Indonesia seperti Gamely, Nimotv, Cubetv, Omlet Arcade dengan promosi besar-besaran terhadap para content creator-nya berhasil membuat Gaming YouTube meredup mengingat creator-nya tidak begitu banyak dan populer.

Merger menjadi solusi untuk tetap bertahan di masa depan

Akhir dari perjalanan Gaming YouTube adalah merger dengan aplikasi utamanya. Benar sekali untuk mempertahankan sekaligus menyelamatkan ekosistem gaming yang sudah terlanjur berkembang adalah dengan menyatukan platform gaming tersebut ke aplikasi utama YouTube. Dengan begitu creator yang sudah berkarya tidak begitu saja kehilangan wadah untuk berkembang, setidaknya mereka masih bisa memberikan kontribusinya dan mungkin beberapa diantaranya bisa survive bahkan dibilang sukses. Jadi content creator YouTube saat ini tidak hanya terbatas dengan memberikan konten berupa video saja, kini mereka bisa live streaming sehingga dapat berinteraksi secara langsung dengan para penonton/viewersnya. Ya, meskipun masih belum bisa mengalahkan Twitch di sektor game, setidaknya orang lebih mudah mencari tontonan live stream game hanya dengan membuka aplikasi YouTube saja.

—Konklusi—

Sebenarnya apa yang dilakukan YouTube tidaklah salah, mereka hanya mencoba peruntungan di sektor industri game yang memang tengah berkembang begitu pesat saat ini. Setidaknya mereka telah mencoba untuk eksis ditengah pertarungan platform live stream game yang menjadi tren pada saat itu. Berhasil atau tidaknya toh kita masih bisa menikmati konten video game di YouTube baik berupa video maupun live stream. Dikatakan gagal mungkin iya, pada saat itu karena masih belum bisa menyaingi tahta Twitch, namun di beberapa wilayah khususnya Indonesia YouTube masih menjadi platform yang ditonton banyak orang. Dan dikatakan hilang, juga hilang mengingat aplikasi Gaming YouTube maupun url website-nya sudah ditarik dari peredaran dengan merger-nya dengan aplikasi utama.

Related Posts

Hak Cipta © 2024 Azcapro. Semua Hak Dilindungi Undang-Undang.